Grab & Uber Memutuskan Kontrak Kerja Ribuan Karyawannya Demi Keberlangsungan Operasional Bertahan


Dalam sebuah surat yang disampaikan oleh Anthony Tan adalah Kepala Eksekutif Grab. Tujuan dari pengurangan karyawan ini adalah untuk reorganisasi strategis bisnis untuk beradaptasi dengan keadaan setelah pandemik.

Dalam pengakuannya dikarenakan perubahan yang terjadi oleh teknologi AI atau kecerdasan buatan generatif yang telah berkembang pesat dengan kecepatan yang sangat tinggi. Demikian juga dengan modal yang dikeluarkan secara langsung akan berdampak pada persaingan.

Perusahaan teknologi grab yang berpusat di Singapura pada Selasa malam (20/06) akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.000 karyawannya.

Pemangkasan karyawan ini adalah salah satu terbesar sejak pandemi. Akibat dari pengumuman ini saham Grab langsung turun drastis.

Disisi lain perusahaan ini juga bersaing dengan ketat dengan layanan bisnis pemesanan kendaraan dan juga pengiriman makanan di kawasan Asia Tenggara.

Disisi lain Uber salah satu perusahaan ridd-hailing asal Amerika Serikat juga merumahkan sekitar 3.700 ribu pegawainya. Angka tersebut setara dengan 14 persen dari total keseluruhan pekerja Uber tersebut.

Hal tersebut diketahui dengan dokumen yang diajukan oleh Uber ke Komisi Sekuritas dan Bursa Efek Amerika Serikat (SEC). Kabar tersebut juga termuat dalam sebuah e-mail yang dikirimkan oleh CEO Uber, Dara Khorowshahi ke sejumlah karyawannya.

Penyebab dari pemutusan kerja karyawan ini adalah efek dari pandemi-19. Para petinggi perusahaan mengakui pemutusan karyawan ini untuk menyesuaikan biaya operasional. 

Selain memutuskan jumlah karyawan, Uber juga dilaporkan bakal menutup 180 pusat mitra mereka. Disaat yang bersamaan Uber juga menutup rekrutmen dalam waktu yang belum ditentukan. 

Pendemi Covid-19 telah mengguncang bisnis beberapa perusahaan lantaran konsumen memang dianjurkan untuk berdiam diri dirumah demi memutus rantai penyebaran penyakit yang sedang mewabah tersebut.