Mengapa pemerintah tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya demi mengatasi kemiskinan di Indonesia?


Hanya sebuah case masih ada yang belum mengetahui mengapa pemerintah tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya demi mengurangi kemiskinan. Mekanisme pasar adalah yang menentukan naik-turunnya harga jual. Sebagai ilustrasi ada seorang penjual pakaian yang berjualan di sebuah pasar. Pedagang ini menyadari bahwa menjual barang dengan harga yang terlalu mahal hanya akan membuat barangnya jadi tidak laku terjual. 

Sebuah pertanyaan apakah masyarakat mengetahui berapa uang yang dicetak oleh pemerintah untuk dibagikan kepada rakyatnya bisa dalam bentuk bansos atau bantuan secara langsung kepada masyarakat. Yang terjadi adalah para pedagang akan serentak menaikkan harga jual barangnya seiring meningkatnya permintaan barang dan jasa dari consumer sehingga terjadi hyperinflation. 

Situasi akan memburuk ketika uang yang akan dibagikan sudah habis untuk hal-hal konsumtif sedangkan penghasilan bulanan rakyatnya masih tetap sama dengan harga pasar sudah terlanjur meroket tajam. Lalu ketika daya beli masyarakat mulai menurun tajam, para pengusaha juga bisa mengalami kebangkrutan dan jumlah pengangguran akan melonjak naik tajam. 

Sebuah kejadian nyata di negara Zimbabwe. mengutip dari media Detik.com. Inflasi atau kenaikan harga di Zimbabwe pernah menyentuh angka 231 juta% di tahun 2009 yang dipicu oleh terlalu banyaknya uang yang dicetak dan beredar di masyarakat. Akibatnya angka pengangguran meningkat tajam hingga 80-94% sungguh angka yang sangat tinggi. Kesimpulan disini adalah mencetak uang dalam jumlah banyak akan menimbulkan masalah yang besar. 
Sejarah telah membuktikan, kebijakan mencetak uang sebanyak-banyaknya untuk mengatasi kemiskinan bukanlah solusi yang tepat. Itu juga terjadi di Bank Indonesia mengapa tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya, Karena jika salah akan menyebabkan inflasi